Menentukan Posisi Signage Optimal untuk Menarik Pengunjung. Signage, seperti neon box, papan nama, atau billboard, adalah alat branding yang kuat untuk menarik pengunjung dan memperkuat identitas bisnis.
Penempatan yang tepat memastikan signage tidak hanya terlihat, tetapi juga efektif dalam menarik perhatian audiens target, terutama di lokasi ramai seperti jalan utama atau pusat perbelanjaan.
Artikel ini membahas cara menentukan posisi signage optimal untuk menarik pengunjung, dengan fokus pada bisnis lokal di Indonesia, menggunakan pendekatan berbasis penelitian dan contoh praktis.
Mengapa Penempatan Signage Penting?
Signage adalah wajah toko Anda, memberikan kesan pertama kepada pelanggan. Menurut Resonai, 60% toko melaporkan peningkatan penjualan hingga 10% dari signage besar yang menarik perhatian.
Penempatan yang optimal memaksimalkan visibilitas, memudahkan pengunjung menemukan bisnis Anda, dan meningkatkan keterlibatan.
Di Indonesia, neon box sangat populer untuk bisnis seperti warung atau toko ritel karena kemampuannya menarik perhatian, terutama di malam hari.
Namun, tanpa penempatan yang strategis, investasi signage bisa sia-sia.
Faktor-Faktor Utama dalam Penempatan Signage
Berikut adalah faktor-faktor kunci yang harus dipertimbangkan untuk menentukan posisi signage yang optimal:
1. Visibilitas dan Lalu Lintas
Signage harus diletakkan di area dengan lalu lintas tinggi, baik pejalan kaki maupun kendaraan, untuk memaksimalkan paparan.
Dikutip dari Explorer Research, signage di dekat pintu masuk atau jalan utama sering kali lebih efektif. Pastikan tidak ada penghalang seperti pohon, bangunan, atau struktur lain. Untuk signage yang menghadap highs, jarak pandang minimum sangat penting.
Sedangkan International Sign Association menemukan bahwa jika signage dipasang paralel dengan jalan, ukurannya harus 70% lebih besar dari signage tegak lurus untuk terbaca tepat waktu.
Tabel berikut menunjukkan jarak pandang minimum berdasarkan kecepatan lalu lintas:
Kecepatan Lalu Lintas (km/jam) | Dengan Perubahan Jalur (Meter) | Tanpa Perubahan Jalur (Meter) |
---|---|---|
40-48 | 125 | 47 |
56-64 | 168 | 56 |
72-80 | 207 | 67 |
88-96 | 220 | 81 |
>104 | 220 | 85 |
Jika signage tidak terlihat dari jarak ini, pertimbangkan lokasi alternatif seperti kanopi atau grafis jendela, dengan mematuhi regulasi lokal.
2. Pemahaman Audiens Target
Sebelum menentukan posisi, pahami siapa audiens target Anda. Menurut Tupp Signs, analisis demografi, preferensi, dan perilaku audiens sangat penting.
Untuk pejalan kaki, signage harus diletakkan di tingkat mata (sekitar 1,5-1,8 meter dari tanah). Untuk pengemudi, signage harus lebih tinggi dan terlihat dari jarak jauh, seperti di sepanjang jalan utama.
Misalnya, warung makan di Jakarta yang menargetkan pengemudi malam hari harus memasang neon box di ketinggian 2-3 meter dengan pencahayaan terang.
3. Desain dan Konten Signage
Desain signage harus sederhana dan mudah dipahami dalam waktu singkat. Menurut Custom Neon® Research & Stats, signage yang terlalu ramai justru mengurangi efektivitas.
Gunakan elemen familiar seperti warna kontras (misalnya, merah atau kuning), bentuk sederhana, dan ikon.
Ukuran huruf harus sesuai dengan jarak pandang, dengan aturan 2,54 cm per 7,62 meter jarak pandang. Misalnya, untuk signage yang terbaca dari 125 meter, huruf harus setidaknya 41,7 cm.
Hindari huruf fancy atau script yang sulit dibaca. Pencahayaan, seperti LED atau neon, sangat penting untuk visibilitas malam hari, dengan Color Rendering Index (CRI) tinggi untuk akurasi warna.
4. Keamanan dan Aksesibilitas
Signage harus membantu pengunjung menemukan lokasi dengan mudah, terutama di area besar seperti mal atau kompleks perkantoran.
Menurut New Style Signs, wayfinding signage harus diletakkan di titik-titik keputusan, seperti persimpangan atau pintu masuk.
Pastikan signage mudah diakses oleh semua, termasuk penyandang disabilitas, dengan mematuhi standar aksesibilitas.
5. Regulasi dan Hukum Lokal
Periksa peraturan lokal tentang ukuran, tinggi, dan lokasi signage. Di Indonesia, beberapa daerah memerlukan izin untuk signage outdoor, dengan biaya IDR 500.000–IDR 2 juta, tergantung lokasi. Pastikan kepatuhan untuk menghindari denda.
Contoh Praktis untuk Bisnis Lokal di Indonesia
Berikut adalah contoh penerapan untuk bisnis lokal di Indonesia:
Warung Makan di Jalan Ramai
- Lokasi: Neon box di depan warung, menghadap jalan utama dengan lalu lintas tinggi.
- Ukuran: 1m x 1m (IDR 2,1 juta untuk material flexy, menurut KINGSIGN), terlihat dari jarak jauh.
- Pencahayaan: Gunakan LED untuk menarik perhatian malam hari, dengan jarak pandang minimal 125 meter untuk kecepatan lalu lintas 40-48 km/jam.
- Tambahan: Pasang tanda petunjuk kecil di pintu masuk untuk memandu pelanggan.
Toko Ritel di Pusat Perbelanjaan
- Lokasi: Signage di dekat pintu masuk atau area parkir, di mana pengunjung melambat.
- Jenis: Digital signage untuk promosi berganti-ganti, diletakkan di tingkat mata (1,5-1,8 meter).
- Desain: Pesan sederhana dengan huruf besar dan warna kontras.
Tips untuk Optimalisasi Penempatan
- Uji Posisi: Coba posisi sementara dengan spanduk untuk melihat respons audiens sebelum memasang signage permanen.
- Evaluasi Berkala: Pantau efektivitas signage dan sesuaikan jika ada perubahan lalu lintas atau regulasi.
- Gunakan Data: Analisis data lalu lintas pejalan kaki atau kendaraan untuk menentukan lokasi terbaik (Rise Vision).
- Pertimbangkan Biaya: Alokasikan 1% dari pendapatan tahunan untuk signage, seperti dianjurkan oleh Alpha Lewis Signs.
Poin Kunci
- Penelitian menunjukkan bahwa posisi signage optimal bergantung pada visibilitas, lalu lintas, dan audiens target.
- Signage harus diletakkan di area ramai, seperti jalan utama atau pintu masuk, dengan tinggi mata atau lebih untuk menarik perhatian.
- Bukti mendukung signage yang terlihat dari jarak jauh, terutama untuk pengemudi, dengan ukuran huruf minimal 2,54 cm per 7,62 meter jarak pandang.
- Desain sederhana, pencahayaan LED, dan kepatuhan terhadap regulasi lokal meningkatkan efektivitas signage.